Nyepi, Silent Day dan 60 Earth Hour





Nyepi, Silent Day dan 60 Earth Hour
Sumbangan Hindu pada kehidupan

Oleh : I Nyoman Suweta, S.Ag

             Nyepi tahun 2010 serasa istimewa bagi umat Hindu yang meyadari arti Hari Suci Nyepi. Nyepi tahun 2010 yang jatuh pada tanggal 16 Maret 2010 bersamaan dengan ditetapkannya 21 Maret sebagai Hari Hening se-dunia oleh Badan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Di bulan yang sama pula dicanangkan gerakan  mematikan lampu satu jam sedunia  yang lebih dikenal dengan 60 Earth Hour.
             Apa hubungan Nyepi dengan hal tersebut ? Nyepi selama ini kita kenal dengan hari suci yang sarat dengan hal-hal spiritual, teryata lebih dari itu, Nyepi dalam kapasitas spiritualitas dan mungkin dapat dikatakan dogma menekankan: amati karya , karya artinya bekerja sehingga amati karya diterjemahkan tidak bekerja/ mencari nafkah, amati geni , geni, gni atau agni artinya api, amati geni diartikan sebagai tidak menyalakan api, tapi api juga berarti nafsu, dan marah sehingga secara gramatikal juga diartikan mengumbar nafsu atau tidak marah, amati lelanguan , lelanguan berasal dari kata dasar “ langu” yang artinya menyenangkan dan amati lelanguan artinya tidak berfoya-foya atau bersenang-senang dan amati lelungan, Lelungan dalam bahasa bali halus artinya pergi dan amati lelungan artinya tidak bepergian. Nyepi dalam istilah saya sebut dengan yoga dan meditasi bersama. Karena Hindu  Bali yang menganut bhakti marga dan karma marga sedikit jauh dengan meditasi dan yoga, hal serupa juga di sampaikan oleh AC. Om Visnupada Bhaktipada Swami Prabuphada  saat kunjungan ke Bali. Praktek Nyepi dan penyabutan tahun baru seperti ini hanya ada di Bali dan satu-satunya di dunia. Secara spiritual Hindu Bali yang menganut bhakti marga dan karma marga atau lebih menitik beratkan praktek agama pada upacara atau ritual  di ajak secara-sama-sama untuk bermeditasi dan yoga pada Hari suci Nyepi. Walaupun prakteknya belum seperti yang kita harapkan, Nyepi ternyata mengandung makna lain yakni pelestarian semesta yang kini baru kita rasakan setelah bumi dan semesta mengalami banyak masalah. Sama dengan menyadari  pentingnya arti mencuci tangan setelah kita terserang diare.
             Saat mendengarkan dharmawacana Ida Panditha Mpu Jaya Acaryananda (beliau pernah tinggal di Buton) di Bali TV. Dengan mengatakan bahwa Nyepi semestinya di rayakan pada tanggal 21 Maret saat matahari tegak lurus di katulistiwa, sebelum bergerak ke utara (uttrarayana)  Karena Nyepi ditetapkan berdasarkan kalender Surya dan Chandra Paramathamansa yang harus di laksanakan saat Penanggal apisan sasih Kadasa (sehari setelah tilem) dan rangkaiannya yakni Tawur Kesanga  dilaksanakan pada tilem Kasanga yang mendekati tanggal 21 Maret. Jika tilem Kasanga sangat jauh dengan tanggal 21 maret maka akan diadakan penampih sasih. Dengan Dharmawacana beliau tersebut saya jadi ingat dengan ditetapkannya 21 Maret oleh Badan Dunia PBB sebagai hari Hening se-Dunia (Silent Day). Ini menandakan Nyepi telah di akui oleh Dunia sebagai Hari Suci yang menonjolkan kesenyapan dan keheningan. Tanpa keheningan  dan kesenyapan manusia tidak dapat menemukan jati dirinya, keheningan menjadikan kita lebih rileks dan membawa kita pada penemuan jati diri kita. Orang dapat tidur dengan baik dan dalam, jika tidak ada suara gaduh, kensunyian telah membawa kita kembali  pada ritme alam yang terus berjalan. Ataukah dunia baru melek kalau sejatinya Hindu agama yang paling benar yang sujati dari Tuhan, yang selaras dengan alam, selaras penghuninya tetunya selaras dengan Tuhan sendiri.
             Nyepi yang sarat spiritualitas tidak memaksakan setiap umat manusia untuk mengikutinya apalagi ada tindakan kekerasan terhadap pemaksaan terhadap pelaksanaanya. Nyepi seperti kolam yang akan dirindukan oleh ikan dan katak sebagai tempat yang menyejukan dan mengapus dahaga. Tidak ada warung-warung makanan yang di razia agar tidak buka, tidak ada tempat hiburan yang dihancurkan jika tidak mendengarkan himbauan, karena Hindu adalah benar agama yang damai dan tentram. Bandara dan pelabuhan ditutup bukan semata-mata karena menganggu Nyepi tapi karena banyak petugas bandara yang tidak dapat bertugas sehingga mengurangai pelayanan.  Umat Hindu juga tidak lebih mementingkan uang daripada spiritualitas, sumbangan terhadap kelangsungan alam dan semesta. Coba kita bayangkan berapa miliyar uang hilang dalam sehari jika bandara Ngurah Rai , Pelabuhan Gilimanuk, Pelabuhan Padang Bai dan Benoa di tutup. Tapi kelangsungan semesta jauh lebih berharga, hanya agama Hindu yang memikirkan hal tersebut, penangulangan global worming, efek rumah kaca, bersihnya uadara tanpa polutan kendaraan bermotor dan lain-lain hanya isapan jempol kalau tidak dari dalam diri falsafah hidup seperti Hindu. Seperti diungkapan Dewa Suratnaya dalam dialog toleransi umat beragama : Toleransi dan kelestarian alam tanpa Hindu adalah bohong.
             Tapi bukan berarti Nyepi sangat merugikan dari sisi ekonomi, berapa Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dapat dihemat dari Nyepi baik Premium, Minyak Tanah, Gas dan lainnya yang sehari tanpa kita gunakan, berapa Mega Watt yang dapat dihemat oleh PLN jika satu pulau Bali saja mematikan lampu selama 24 jam mungkin sumbangsihnya bisa milayaran, belum di luar Bali di seluruh Nusantara pada kantong-kantong umat Hindu yang kini sudah menjadi besar seperti di Lampung, NTB, Sulawesi dll, tak bisa dibayangkan berapa keuntungan dan penghematan yang bisa dilakukan oleh negara. Himbauan menghemat listrik oleh pemerintah oleh umat Hindu sudah dilaksanakan secara nyata dan terus menerus setiap tahun. Belum lagi dari sisi menekan kecelakaan di jalan raya, dari sisi pengematan pangan dll.
             Kita patut berbangga hati, setelah Hari Hening Sedunia kini ada sebuah gerakan mematikan lampu selama 1 jam di seluruh dunia yang dikenal dengan 60 Earth Hour  yang dilaksanakan pada tanggal 23 Maret 2010 serempak di seluruh dunia. Semua simbol-simbol kebanggaan suatu negara seperti Monas Indonesia, Petronas Malaysia, menara Efel Paris memadamkan lampu. Saya tertegun nonton di TV  dalam hati berkata “ Amati Geni yang mendunia, inilah bukti Hindu agama yang benar. Hindu telah jauh-jauh hari melalui Nyepi menganjurkan untuk mematikan lampu 24 jam dalam setahun. Kini dunia sedang berkiblat pada Hindu. Menurut Kepala Bonsca yang juga pakar astronomi “dengan terangnya bumi banyak memberi pengaruh terhadap perkembangan kehidupan”. Seperti tidak bisa lagi dilakukan pengamatan bintang dengan baik, sehingga berimflikasi terhadap ketidak tepatan perkiraan musim dan cuaca. Tidak dapat di tentukan  perubahan perubahan bumi secara mendetail, buktinya rumah warga yang kejatuhan meteor di Jakarta tidak dapat terdeteksi lebih awal. Bogor tempat teropong bintang satu-satunya di Indonesia dahulu masih sangat alami untuk melakukan pengamatan bintang tapi kini seiring perkembangan kota tidak dapat lagi dilakukan sehingga timbul untuk membuatkan pengamatan bintang lagi  yang baru seperti di NTT. Dengan terangnya bumi banyak juga spesies-spesies burung yang mati karena menabrak gedung-gedung akibat tidak baiknya penglihatannya.  Sudah banyak spesies burung yang punah, sehingga menganggu ekosistem dan keseimbangan alam.
             Ada yang lebih mengerikan lagi dengan  terangnya bumi menjadi bumi lebih panas, bisa kita bayangkan lampu yang 5 watt dapat menetaskan telur. Dengan adanya listrik dirumah, banyak lampu di sana-sini, televisi dan computer, betapa panasnya bumi. Belum lagi jalan-jalan dengan lampu mercury, papan reklame dan lain sebagainya. Jika seluruh dunia melakukan hal yang sama betapa panasnya bumi ini, tidak salah kalau es di kutub semakin menipis. Beda dengan dulu orang hanya menyalakan lampu minyak tanah di rumahnya saja, sehingga bumi lebih teduh dan adem. Penanaman pohon saja tidak cukup kalau tidak mulai dari prilaku kita yang hemat energi.
             Nyepi telah memberikan setetes embun bagi manusia dan bumi, tidak ada asap kendaraan, tidak ada  barang elektronik yang menyala, tidak ada api, tidak ada pesawat di cakrawala, tidak ada suara kendaraan-yang meraung-raung. Menemukan suara hati, suara alam, kita dapat melihat bintang dengan jelas nan indah, mendengarkan suara jangkrik, suara angin yang dirindukan jiwa.  Jika Nyepi dapat mendunia mungkin dapat memperpanjang umur bumi, jika nyepi dapat kita bawa dalam pikiran maka dapat memperpanjang umur, jika Nyepi dapat kita bawa ke dalam jiwa maka dapat membawa kita ke dalam alam Brahman.
             Saya kembali berangan-angan andai semua umat didunia ini memeluk Hindu betapa damainya dunia, betapa teduhnya semesta. Inilah Hindu bukan sekedar agama benar tapi benar-benar agama.

Kontribusi :
1.             Kompas.com
2.             Bali TV. Dharmawacana Ida Pandita Mpu Jaya Acaryananda
3.             TV One: 60 Earth Hour
4.             Majalah Media Hindu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Penjor